Powered By Blogger

Jumat, 17 Juni 2011

peran guru

Memiliki karir atau pekerjaan yang mapan dan sesuai dengan minat menjadi keinginan setiap orang. Jika kita tanyakan pada siswa TK atau play group tentang apa yang menjadi cita-citanya, maka jawaban yang paling sering didengar adalah menjadi dokter, insinyur, polisi, guru, manajer. Hampir di semua daerah di Indonesia, baik di kota maupun di daerah kita mendapatkan jawaban yang relatif sama. Padahal, jenis pekerjaan sangat beragam. Akibatnya, banyak siswa yang memilih jurusan karena terpengaruh kelompok sebaya atau atas anjuran orangtua yang diakhiri dengan menurunnya motivasi saat menempuh pendidikan.
Fakta lain di lapangan adalah kebingungan beberapa siswa sekolah menengah atas dalam menentukan jurusan di perguruan tinggi, transfer/pindah jurusan di tengah-tengah perkuliahan, atau mendapatkan pekerjaan yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan. Power of kepepet seringkali menjadi alasan umum yang dikemukakan banyak orang yang bekerja di luar bidang keilmuannya.
Ada juga orang yang “banting haluan” dalam berkarir saat ia berada di puncak karir (menurut orang-orang di sekitarnya). Misalnya, Jubing pemain gitar terkenal dari Indonesia yang memilih meninggalkan karirnya di dunia industri untuk mengejar karir sebagai gitaris. Ada yang mengatakan jika karirnya sebagai gitaris sudah terlambat dari faktor usia namun ada juga yang memuji pilihannya. Di luar segala persepsi dan pendapat orang tentang pilihannya, Jubing ternyata sangat menikmati aktivitasnya saat ini sebagai seorang gitaris. Lagu-lagunya terkenal sampai ke luar negeri. Bahkan, ia juga sering diundang ke luar negeri karena keahliannya bermain gitar. Bagaimana dengan fakta ini?
Pada beberapa bagian akhir masa remaja atau permulaan masa dewasa awal, sebagian besar individu memasuki beberapa jenis pekerjaan. Eksplorasi pada banyak pilihan karir banyak direkomendasikan oleh penasehat karir. Individu sering mendeteksi eksplorasi karir dan pengambilan keputusan dalam kondisi ambiguitas, ketidakpastian, dan stress (Lock, dalam Santrock, 2002).
Penulis mempersepsikan hal di atas sebagai dua hal. Pertama, terbatasnya pengetahuan siswa atau anak dalam mengenal berbagai jenis pekerjaan atau karir. Tidak semua anak memiliki kesempatan mengakses berbagai informasi tentang karir atau pekerjaan, tentang apa yang menjadi keinginan dan kesukaannya dalam beraktivitas. Persepsi tradisional orang tua juga membuat anak memiliki keterbatasan dalam memahami berbagai pekerjaan yang disukai. Sebagian orang tua memandang beberapa pekerjaaan yang disukai anaknya sebagai pekerjaan yang ber-masa depan suram, tidak prospek, tidak prestige, tidak dapat dijadikan pegangan hidup.
Kedua, tidak semua anak mengenal apa yang menjadi passion, gairah dalam dirinya. Akibatnya, mereka beraktivitas, berkarir tidak sesuai dengan harapannya, tidak sesuai dengan kesukaannya, gairahnya. T. Harv Eker, CEO dan presiden Peak Potentials Training (dalam Attwood dan Attwood, 2007) berpendapat alasan pertama mengapa orang tidak memperoleh apa yang mereka inginkan adalah mereka tidak mengetahui apa yang mereka inginkan. Bayangkan! Apa yang diinginkan tidak diketahui! Bagaimana orang dapat bekerja sesuai minat dan passion-nya jika mereka tidak menyadari apa yang mereka sukai, apa yang mereka cintai dalam bekerja.
Passion adalah hal-hal yang paling kita cintai dalam hidup kita. Gairah adalah hal penting karena saat membicarakan passion atau mengerjakannya maka semangat kita akan muncul. Jadi, mengikuti passion kita baik bagi kesehatan dan kesejahteraan. Passion itu mengalami perubahan sepanjang waktu pada saat seseorang mulai mengetahui dan memahami dirinya secara lebih mendalam (Attwood dan Attwood, 2007).
Berangkat dari pemikiran yang sangat sederhana, penulis memikirkan apa yang dapat dilakukan untuk membantu anak, dalam hal ini siswa untuk mengenal passion-nya sehingga mereka lebih fokus dalam merencanakan karir dan masa depannya. Penulis memikirkan alternatif model untuk mengetahui dan memetakan passion anak sebagai dasar membantu anak mempersiapkan masa depannya.
Manfaat dari penerapan model sistem ini ada dua yaitu bagi siswa dan orang tua serta bagi pihak sekolah. Siswa dapat mengarahkan diri dalam memilih jurusan dan karirnya. Sekolah juga memiliki nilai tambah karena memiliki data mengenai passion siswa dapat dijadikan salah satu data dalam merancang pengajaran serta meningkatkan nilai ekonomis khususnya terkait promosi.
Dalam sebuah penelitian pada individu-individu setelah mereka meninggalkan bangku sekolah menengah atas diketahui bahwa setengah dari posisi mereka berubah (misal dari siswa ke mahasiswa, dari siswa ke pekerjaan, pekerjaan ke pekerjaan) yang terjadi antara waktu meninggalkan sekolah sampai usia 25 tahunan. Orang dewasa muda tidak sistematis dan tidak memiliki arah dalam eksplorasi dan perencanaan karir mereka (Donald, Kowalski, & Gotkin dalam Santrock, 2002).
Manusia perlu mengenal dirinya sendiri dengan sebaik-baiknya. Dengan mengenal diri sendiri maka manusia akan dapat bertindak dengan tepat sesuai dengan kemampuan yang ada pada dirinya. Namun demikian, tidak semua manusia mampu mengenal segala kemampuan dirinya. Mereka ini memerlukan bantuan orang lain agar dapat mengenal diri sendiri, lengkap dengan segala kemampuan yang dimilikinya, dan bantuan ini dapat diberikan oleh seorang bimbingan dan konseling (Walgito, 2004)
Santrock (2002) menyatakan tiga teori pokok yang menggambarkan bagaimana cara individu membuat pilihan menyangkut karir adalah:
1. Developmental theory of career choice yang dikemukakan oleh Eli Ginzberg menyatakan bahwa individu melalui tiga fase dalam pemilihan karir yaitu:
a. Fase fantasi (sampai dengan usia 11 tahun). Pada masa anak-anak masa depan tampaknya memiliki kesempatan yang tidak terbatas.
b. Fase tentatif (11 – 17 tahun). Masa ini merupakan transisi dari fase fantasi pada masa kanak-kanak menuju pengambilan keputusan yang realistik pada masa dewasa muda. Remaja mengalami kemajuan dari menilai minat mereka menjadi menilai kemampuan mereka sampai menilai value yang mereka miliki.
c. Fase realistik (17 – 18 tahun). Pada fase ini terjadi perubahan cara berpikir dari yang subjektif menjadi pemilihan karir yang lebih realistik. Individu mengeksplorasi lebih luas pilihan karir yang ada, lebih menfokuskan diri pada karir tertentyu dan pada akhirnya memilih pekerjaan tertentu dalam suatu karir.
2. Self-concept theory yang dikemukakan oleh Donald Super. Konsep diri individu memainkan peran pokok dalam pemilihan karir individu. Ia percaya banyak perubahan perkembangan dalam konsep diri tentang pekerjaan terjadi pada waktu remaja dan dewasa muda sebagai berikut:
a. Pada usia 14 – 18 tahun (fase kristalisasi) remaja mengembangkan gagasan tentang bekerja yang berhubungan dengan konsep diri global.
b. Pada usia 18 – 22 tahun (fase pengkhususan) mereka mulai mempersempit pemilihan karir dan memilih perilaku yang memungkinkan mereka memasuki beberapa tipe karir.
c. Pada usia 21 – 24 tahun (fase implementasi) orang dewasa muda mulai menyelesaikan pendidikan dan pelatihan serta mulai memasuki dunia kerja.
d. Pada usia 25 – 35 tahun (fase stabilisasi) adalah keputusan untuk memilih dan menyesuaikan dengan karir tertentu.
e. Pada usia di atas 35 tahun (fase konsolidasi) individu berusaha memajukan karir dan mencapai posisi yang lebih tinggi.
Super percaya bahwa eksplorasi karir pada masa remaja adalah unsur kunci dari konsep diri tentang karir pada remaja dan rentang usia hendaknya dianggap sebagai suatu perkiraan, bukan hal yang kaku untuk diterapkan.
3. Personality type theory yang dikemukakan oleh John Holland menekankan pentingnya membangun keterkaitan atau kecocokan antara tipe kepribadian individu dengan pemilihan karir tertentu. Ia percaya jika individu menemukan karir yang cocok dengan kepribadiannya maka mereka lebih memungkinkan menikmati pekerjaannya dan bertahan dengan pekerjaannya. Ada enam tipe kepribadian dasar yang berhubungan dengan pekerjaan menurut Holland, yaitu realistik, investigatif, artistik, sosial, konvensional, dan entrepreneur.

Menilik teori-teori di atas khususnya teori dari Ginzberg, pengarahan dan pemilihan karir pada siswa dapat dimulai sejak masa kanak-kanak yaitu pada fase fantasi. Passion atau gairah adalah pengalaman yang sangat pribadi. Ketika kita mulai melakukan apa yang kita sukai, apa yang benar-benar menjadi gairah kita, hidup kita secara tidak tertahankan tertarik ke arah-arah yang bahkan tidak kita bayangkan (Attwood dan Attwood, 2007). Passion anak dapat dipupuk dan dieksplorasi mulai dari pikiran, dari berfantasi. Pada saat ini peran guru bimbingan konseling (BK) sangat penting.
Menurut PP no. 74 tahun 2008, Guru bimbingan dan konseling/konselor memiliki tugas, tanggungjawab, wewenang dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling terhadap peserta didik. Tugas guru bimbingan dan konseling/konselor terkait dengan pengembangan diri peserta didik yang sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, dan kepribadian peserta didik di sekolah/madrasah. Tugas guru bimbingan dan konseling/konselor yaitu membantu peserta didik dalam:
1. Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami, menilai bakat dan minat.
2. Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial dan industrial yang harmonis, dinamis, berkeadilan dan bermartabat.
3. Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik mengembangkan kemampuan belajar untuk mengikuti pendidikan sekolah/madrasah secara mandiri.
4. Pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir.

Sedangkan jenis layanan yang diberikan oleh guru bimbingan dan konseling/konselor adalah (http://id.wikipedia.org/wiki/Konselor_pendidikan dan http://www.ypk.or.id/in/berita-a-artikel/artikel/161-tugas-guru-bkkonselor.html):
1. Layanan orientasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik memahami lingkungan baru, terutama lingkungan sekolah/madrasah dan obyek-obyek yang dipelajari, untuk menyesuaikan diri serta mempermudah dan memperlancar peran peserta didik di lingkungan yang baru.
2. Layanan informasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi diri, sosial, belajar, karir/jabatan, dan pendidikan lanjutan.
3. Layanan penempatan dan penyaluran, yaitu layanan yang membantu peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi, program latihan, magang, dan kegiatan ekstra kurikuler.
4. Layanan penguasaan konten, yaitu layanan yang membantu peserta didik menguasai konten tertentu, terutama kompetensi dan atau kebiasaan yang berguna dalam kehidupan di sekolah/madrasah, keluarga, industri dan masyarakat.
5. Layanan konseling perorangan, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam mengentaskan masalah pribadinya.
6. Layanan bimbingan kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam pengembangan pribadi, kemampuan hubungan sosial, kegiatan belajar, karir/jabatan, dan pengambilan keputusan, serta melakukan kegiatan tertentu melalui dinamika kelompok.
7. Layanan konseling kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam pembahasan dan pengentasan masalah pribadi melalui dinamika kelompok.
8. Layanan konsultasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik dan atau pihak lain dalam memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani kondisi dan atau masalah peserta didik
9. Layanan mediasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menyelesaikan permasalahan dan memperbaiki hubungan antar mereka.

Kegiatan-kegiatan di atas didukung oleh (http://www.ypk.or.id/in/berita-a-artikel/artikel/161-tugas-guru-bkkonselor.html):
1. Aplikasi instrumentasi, yaitu kegiatan mengumpulkan data tentang diri peserta didik dan lingkungannya, melalui aplikasi berbagai instrumen, baik tes maupun nontes.
2. Himpunan data, yaitu kegiatan menghimpun data yang relevan dengan pengembangan peserta didik, yang diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematis, komprehensif, terpadu dan bersifat rahasia.
3. Konferensi kasus, yaitu kegiatan membahas permasalahan peserta didik dalam pertemuan khusus yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikan data, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya masalah peserta didik, yang bersifat terbatas dan tertutup.
4. Kunjungan rumah, yaitu kegiatan memperoleh data, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya masalah peserta didik melalui pertemuan dengan orang tua atau keluarganya.
5. Tampilan kepustakaan, yaitu kegiatan menyediakan berbagai bahan pustaka yang dapat digunakan peserta didik dalam pengembangan pribadi, kemampuan sosial, kegiatan belajar, dan karir/jabatan.
6. Alih tangan kasus, yaitu kegiatan untuk memindahkan penanganan masalah peserta didik ke pihak lain sesuai keahlian dan kewenangannya.

Rumusan Permasalahan
Rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana model sistem untuk mengetahui passion dan merencanakan passion pada siswa?

Metode Penelitian.
Metode yang dipakai oleh penulis adalah literature review. Berdasarkan teori, riset, argumentasi beberapa sumber, evaluasi dari program yang telah ada, penulis mencoba mengemukakan alternatif model sistem untuk mengetahui dan merencanakan passion siswa. Dalam penelitian ini, penulis membatasi lingkup kajian dalam hal memetakan passion siswa sebagai dasar merencanakan karirnya di masa depan. Sedangkan pihak yang terlibat secara langsung adalah guru bimbingan konseling dan siswa. Poin-poin penting dalam tulisan ini adalah:
1. Peran guru bimbingan konseling (BK) di sekolah.
2. Passion siswa sejak siswa mengenal sekolah.
3. Instrumen untuk mengeksplorasi passion siswa.
4. Cara pencatatan passion siswa.
5. Perencanaan karir siswa berdasarkan passion yang dimiliki.

Langkah-langkah dalam penelitian ini diawali dengan menemukan fenomena banyaknya siswa dan lulusan yang kesulitan menemukan passion dalam dirinya dan dilanjutkan dengan membaca berbagai literatur. Setelah itu, mulai disusun usulan suatu model sistem untuk memetakan passion siswa sebagai landasasan perencanaan karirnya di masa mendatang.

Diskusi
Berdasarkan Developmental theory of career choice yang dikemukakan oleh Ginzberg tampaknya pilihan karir seseorang sudah dapat dimulai sejak masa kanak-kanak dimana anak-anak mulai memikirkan aktivitas hidupnya berdasarkan fantasi yang dimiliki. Pada saat ini, guru bimbingan dan konseling (BK) dapat memulai tugas dan perannya untuk memberikan informasi dan mengarahkan passion siswa secara acak. Pada masa sekolah dasar, guru BK dapat membantu siswa mengeksplorasi berbagai aktivitas yang ada. Di tingkat sekolah menengah pertama yang merupakan masa peralihan, guru BK mulai mengarahkan siswa untuk belajar merencanakan dan mengkomunikasikan passion-nya kepada orang lain. Peran guru BK di masa sekolah menengah akhir adalah membantu siswa dalam mengambil keputusan berdasarkan passion dan data-data perkembangan yang dimiliki siswa.
Tugas dan peran guru BK berbeda pada tingkatan pendidikan. Mungkin tidak semua lembaga pendidikan memberikan dan menyiapkan layanan bimbingan dan konseling pada masa pra sekolah (TK) dan sekolah dasar (SD). Padahal, passion siswa sudah dapat dipupuk sejak usia dini, sejak siswa mengenal berbagai aktivitas nyata. Mempertimbangkan mungkin ditemukan beberapa hambatan dalam koordinasi secara periodik tampaknya model sistem yang diajukan akan lebih sesuai bagi lembaga pendidikan yang berkesinambungan dalam satu payung atau yayasan, yaitu lembaga pendidikan yang menyediakan layanan pendidikan mulai usia pra sekolah sampai tingkat sekolah menengah atas.
Guru BK atau guru kelas yang ditunjuk dalam proyek ini memegang peranan yang sangat besar dan vital. Karena itu, kedisiplinan dan komitmen sangat berperan dalam usulan model sistem ini. Peran guru BK dalam model sistem ini adalah:
1. Memberikan layanan informasi berbagai pekerjaan atau karir baik secara langsung maupun tidak langsung. Misalnya, pada saat masa pra sekolah dan sekolah guru BK dapat menceritakan dan mengenalkan berbagai macam pekerjaan. Tugas ini dapat dikoordinasikan dengan guru kelas.
2. Membantu siswa mengenal diri sendiri khususnya mengenal passion yang dimiliki.
3. Mengarahkan siswa dalam beraktivitas dan merencanakan karirnya di masa depan.

Adapun usulan model sistem dan peran guru BK yang diajukan untuk memetakan passion siswa sehingga siswa dapat mengarahkan karirnya diadopsi dan dimodifikasi dari konsep Passion Test dari Janet Bray Attwood dan Chris Attwood (2007). Usulan model sistem tersebut sebagai berikut:
1. Tingkat Pra sekolah (masa informasi dan fantasi)
a. Peran guru BK memberi stimulus yang dapat merangsang fantasi anak terhadap passion-nya.
b. Metode menginformasikan dan mengenal passion lebih mengarah mengembangkan fantasi anak, antara lain:
i. Cerita-cerita tentang berbagai pekerjaan
ii. Role play berbagai macam pekerjaan
iii. Studi ekskursi tentang berbagai macam pekerjaan
iv. Meminta anak memikirkan 5 aktivitas yang membuatnya senang dan bahagia. Kemudian guru BK mencatat keinginan tersebut (yang mungkin berubah-ubah). Kegiatan ini hendaknya dilakukan minimal 1 bulan sekali untuk mengkondisikan anak supaya mengetahui keinginannya.
c. Pencatatan dilakukan secara periodik, setiap siswa mendapatkan satu file.
2. Tingkat Sekolah Dasar (masa eksplorasi)
a. Peran guru BK tetap mengenalkan informasi berbagai macam aktivitas dan pekerjaan namun sifatnya lebih detil.
b. Metode mengenal passion antara lain:
i. Anak menuliskan 10 aktivitas yang membuatnya senang dan bahagia. Pada masa ini mungkin pilihan anak masih berubah-ubah sehingga perlu dilakukan beberapa kali.
ii. Anak mengurutkan aktivitas tersebut dari yang paling/sangat disukai.
iii. Anak memilih 5 aktivitas yang paling diinginkan setelah mampu menemukan 10 aktivitas.
iv. Bercerita, studi ekskursi, role play, games, mencari literatur dan membuat paper merupakan beberapa alternatif yang dapat membantu siswa mengeksplorasi pengetahuan tentang pekerjaan dan passion-nya.
c. Pencatatan dilakukan secara periodik, setiap siswa mendapatkan satu file. Pada saat perpindahan kelas, guru kelas dapat memberikan catatan perkembangan passion kepada guru berikutnya.
3. Tingkat Sekolah Menengah Pertama (masa perencanaan dan pertimbangan)
a. Peran guru BK tetap memberikan informasi tentang passion dan berbagai aktivitas. Namun, pada masa ini siswa diminta mulai mencatat dan meng-file sendiri passion-nya. Guru BK melakukan fungsdi kontrol terhadap laporan siswa serta merangkum kumpulan passion siswa.
b. Metode mengenal passion
i. Informasi tentang berbagai aktivitas dapat dilakukan dengan pemutaran film, role play, games, studi ekskursi, pembuatan paper dan proyek.
ii. Setiap bulan anak diminta menuliskan 15 aktivitas yang paling diinginkan dalam hidup. Aktivitas tersebut boleh sama karena menandakan kekonsistenan anak. Pada akhir semester anak diminta menyimpulkan 5 aktivitas yang paling diinginkan dalam hidup. Jika aktivitas tersebut sudah tercapai anak dapat melanjutkan pada 5 aktivitas berikutnya.
iii. Anak diminta untuk mulai menemukan hambatan dalam mencapai aktivitas tersebut dan cara mengatasinya.
c. Pencatatan dapat dilakukan secara lebih bervariatif seperti, ada penjelasan atau gambar visual. Pencatatan dilakukan oleh siswa dan guru BK bersifat mengontrol kelengkapan catatan dan memeriksa.
4. Tingkat Sekolah Menengah Atas (masa pengambilan keputusan)
a. Peran guru BK adalah membantu siswa membuat peta passion siswa dan cara mengkomunikasikannya kepada orang lain.
b. Metode mengenal passion
i. Studi ekskursi, role play dan berbagai aktivitas di atas sebaiknya tetap dilakukan. Modifikasi dan pengembangan aktivitas lain dapat dilakukan dengan melibatkan siswa.
ii. Refleksi terhadap passion dan hambatan serta cara menghadapinya dapat dilakukan rutin setiap tahun.
iii. Secara periodik guru BK mengirimkan semacam reminder untuk mengingatkan siswa akan target passion-nya.
c. Pencatatan dilakukan secara periodik oleh siswa. Guru BK berperan memeriksa kelengkapan dan kedisiplinan siswa dalam mencatat.


Dari penjelasan di atas dapat dirangkum suatu skema sebagai berikut:




Simpulan dan saran
Salah satu tugas guru bimbingan dan konseling adalah pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir. Guru bimbingan dan konseling dapat membantu siswa memberikan informasi tentang berbagai karir dan aktivitas serta konsultasi mengenai potensi-potensi yang dimiliki siswa. Untuk mengetahui potensi siswa maka diperlukan data-data yang akurat yang diperoleh melalui instrumen yang dirancang khusus.
Data-data mengenai passion siswa diperoleh melalui instrumen dikumpulkan dan di-up date secara periodik sesuai perkembangan siswa yang nantinya dijadikan bahan pertimbangan dalam memutuskan karir siswa. Data yang telah ada disimpan secara sistematis secara hard copy & soft copy. Up date data dapat dilakukan oleh konselor dan sekolah yang berbeda maupun siswa sendiri asalkan mengikuti dan mempertimbangkan pencatatan yang telah ada. Estafet pencatatan dan penyimpanan data dilakukan secara periodik dan disiplin. Setelah siswa menuntaskan studinya di suatu lembaga pendidikan maka lembaga tersebut memberikan data siswa kepada sekolah berikutnya. Tahapan ini dilakukan mulai dari tingkat pra sekolah (TK) sampai sekolah menengah atas (SMU). Karena pelaksanaannya mungkin bagi beberapa pihak agak rumit maka penyerahan dan pendataan dapat melibatkan orang tua dan siswa. Selain itu, mungkin model sistem ini dapat berjalan lebih efektif di lembaga pendidikan yang berada dalam satu naungan atau yayasan. Selain memberikan manfaat bagi siswa, model sistem ini juga diharapkan memberi nilai tambah bagi lembaga pendidikan berupa layanan khusus yang dapat mempromosikan keunikan dari sekolah.


Daftar Pustaka

Attwood, J.B dan Attwood, C. (2007). The passion test: Cara mudah menemukan takdir anda. Jakarta: Penerbit Gramedia.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia no. 74 tahun 2008 tentang Tugas guru BK/konselor dan pengawasan bimbingan dan konseling.

Santrock, J.W. (2002). Life span development: Perkembangan masa hidup. Jilid 2. Edisi ke-5. Alih bahasa: Achmad Chusairi dan Juda Damanik. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Tugas guru bimbingan dan konseling/konselor dan pengawas bimbingan dan konseling menurut PP no. 74 tahun 2008. Diunduh pada hari Senin, 26 Juli 2010 pk. 08.10 dari: http://www.ypk.or.id/in/berita-a-artikel/artikel/161-tugas-guru-bkkonselor.html

Walgito, B. (2004). Bimbingan dan konseling di sekolah. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Wikipedia. (2010). Konselor pendidikan. Diunduh pada hari Senin, 26 Juli 2010 pk. 08.32 dari: http://id.wikipedia.org/wiki/Konselor_pendidikan.

2 komentar:

amiro el mukminin mengatakan...

dawa nemen sih kaya sungai nil.......

faiqotul_inayah mengatakan...

yaaa...itu benar,remaja tanpa bimbingan ortu akan kacau